Mari “buang sampah pada tempatnya”!


Ada satu hal menarik yang saya dapat kan kemarin malam saat menonton film “ Fast & Furious : Hobbs & Shaw”. Jangan bahas filmnya, pertama saya bukan ahli nya dalam me-review film, kedua filmnya memang bagus kalian wajib menontonnya (Fact : untuk orang yang tidak pernah menonton film ini saya terhibur). Oke kembali ke “hal menarik” yang saya temukan.

Sebetulnya sudah lama sekali saya tidak pergi ke bioskop tapi ada satu iklan yang membuat pikiran saya terbuka “buang lah sampah pada tempatnya” pesan tersurat nya begitu, di balik itu ada banyak pesan tersirat yang hendak mereka sampaikan yang menurut saya wajib kalian pahami karena secara tidak sadar kita terlalu sering “membenarkan” hidup orang lain tapi lupa untuk “membenarkan” dirinya  sendiri.

Di dalam iklan itu berisi kalimat seperti ini :
  1. Banyak orang senang bermalas-malasan ; hal seperti ini juga termasuk bagian dari “sampah” yang harus kita buang
  2. Banyak orang yang mengesampingkan kewajiban seperti menyelesaikan deadline pekerjaan dan memilih bermain game ; kebiasaan SKS (Sistem Kebut Semalam) di sekolah atau perguruan tinggi nampaknya terbawa ke dunia nyata kita, tidak sadar hal yang di nanti-nanti kan yang awalnya mudah jika sudah tenggang waktu akan terasa susah, apalagi jika pekerjaan itu sulit bukan?
  3. Sulit move on; here we are, sudah pasti siapa pun orang nya dari kalangan mana pun PERNAH merasakan ini, entah sulit move on dari pekerjaan lama setelah bergabung dengan pekerjaan baru rasanya sukar dan murung seharian, sulit move on dari kelas lama sehingga semua hal di kelas baru terasa membosankan akhasil kemauan belajar menurun,  yang paling parah banyak orang yang sulit melupakan mantan pacar akibatnya ga makan seharian, bermalas-malasan, hobby nya mengurung diri di kamar, come on your only life once, ibu dan bapak mu berharap lebih dari ini loh?

Hal-hal demikian tanpa kita sadari adalah “sampah” yang sejak lama tidak kita buang malah di pelihara dan di rawat sedemikian rupa hanya menjadi hal negatif yang semakin lama menjadi kebiasan dalam berfikir dan bertindak.

Sebetulnya Begitu erat hubungan antara kesehatan tubuh dan pikiran, membuat para peneliti penasaran adakah efek buruk yang akan timbul karena berpikiran buruk dengan kesehatan tubuh. Dan dikutip dari health.com, ternyata memang ada efek buruknya terhadap kesehatan fisik saat kita memiliki banyak emosi negatif atau pikiran negatif terhadap berbagai hal.

Apa sih dampak terburuk dari selalu berfikiran negatif untuk kesehatan dikutip laman Boldsky, Senin (18/7/2016) :

1.      Hipertensi
Berpikir negatif dan emosi meningkat bisa memicu stres di pada orang dengan stres kronis. Terkadang stres bisa memicu ritme jantung tak menentu. Hal ini bisa membuat aliran darah tertekan sehingga memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi.  Kondisi ketika tekanan darah meningkat turut menambah risiko menderita penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke dan gagal jantung.

2.      Masalah pencernaan
Berpikir negatif terkait dengan banyak gangguan pencernaan seperti asam lambung, sakit perut, dan gangguan pencernaan lainnya. Pikiran negatif memicu stres yang menyebabkan produksi asam di perut meningkat akibat ketidakseimbangan bahan kimia di otak.

3.      Berat badan bertambah
Orang-orang yang terbiasa mengisi pikirannya dengan hal-hal negatif dan pesimis cenderung mengabaikan kesehatan mereka. Seperti tidak memperhatikan asupan makanan dan olahraga rutin. Kebiasaan ini bisa membuat berat badan mereka meningkat.

4.      Impotensi
Berpikir negatif membuat hormon di otak tidak seimbang. Hal ini turut berpengaruh terhadap gangguan seksual yakni impotensi, disfungsi ereksi, maupun hilangnya libido pada wanita.

Selain dampak untuk kesehatan juga ada dampak tersendiri untuk kesehatan mental kita di kutip dari alodokter.com, dampaknya sebagai berikut :

1.      Stres
Keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat berat, baik secara emosi maupun mental. Seseorang yang stres biasanya akan tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi. Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
2.      Gangguan kecemasan
Kondisi psikologis ketika seseorang mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-harinya. Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu. Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.
3.      Depresi
Merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain memengaruhi perasaan atau emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir, serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.
Banyak dampak yang tidak baik akan hal tersebut, apalagi jika semua itu hanya di biarkan saja. Dari pada membiarkan pikiran untuk memikirkan orang lain akan lebih baik mulai saat ini memikirkan diri sendiri agar kita jauh lebih mengenali diri kita.
Bagaimana sih caranya untuk membuang “sampah” tersebut di kutip dari Liputan6.com  :
1.      Pahami diri  sendiri
Pikiran negatif telah begitu tertanam dalam diri manusia, begitu dalam sampai terkadang tidak sadar sedang melakukannya. Kamu dapat mulai menghentikan hal ini dengan cara mengenali sentimen negatif dan menggantinya dengan yang positif. Lihatlah suatu hal dalam skala yang lebih besar.

2.      Ubah cara berpikir
Sebenarnya mengubah cara berpikir membutuhkan waktu lama. Namun, cobalah melihat suatu keadaan dengan cara yang berlawanan, seperti melihat gelas yang setengah terisi, bukan setengah kosong. Dari pada mencoba merubah sifat orang menjadi apa yang kamu mau, kenapa tidak merubah cara pandang mu terhadap orang tersebut? Yang lebih sederhana ialah tidak menunggu hari jumat untuk selalu bahagia dan bebas, tidak memaki hari senin karena siapa tau di hari itu ada banyak hal baik yang terjadi.

3.      Praktikkan
Beberapa penelitian menemukan butuh waktu 21 hari untuk membentuk sebuah kebiasaan buruk termasuk berpikiran positif. Usahakan Anda menjadi pribadi yang optimistis realistis dan fokus pada hal-hal yang positif. Namun, banyak orang masih salah berpikiran bahwa pemikir positif hanya melihat sisi baik dan mengabaikan hal-hal lainnya. Ini berbahaya. Pemikir positif adalah orang yang benar-benar dapat mengenal sisi terang dan negatif, namun ia hanya fokus pada energi yang menghasilkan hal positif.

4.      Berbagi
Berbagi hal-hal positif dengan orang lain akan membuat kamu berlatih. Biasakan mensyukuri 5 hal sederhana yang terjadi dalam hidup kamu setiap hari, tentukan tujuan yang ingin dicapai setiap hari, dan berikan pujian terhadap orang-orang di sekitar kamu. Pada akhirnya semua kebaikan akan kembali pada kamu juga.

Menjadi manusia bukan perkara harus selalu benar dan tidak pernah salah, sangat di anjurkan untuk  berkata jujur dan mengakui kalau dalam keadaan lelah, sedang bad mood, sedang tidak ingin bertemu siapa-siapa, bermalas-malasan, atau sedang patah hati. Yang tidak baik jika hal seperti ini menjadi kebiasaan dan “hoby” baru yang  di nikmati karena semakin lama hanya menenggelamkan kita semua.

Mari “buang sampah pada tempatnya” & Selamat berkenlan dengan diri sendiri!


Komentar

Postingan Populer