Siapkah Kita Melepas Rasa Aman dan Nyaman dalam Hubungan, dengan Penuh Cinta?

Saya tahu tak selamanya hubungan akan berjalan mulus, namun rasa aman dan nyaman memang sulit dilepaskan.
Pada dasarnya, kekecewaan pasti mendatangi setiap orang, entah sekarang atau nanti. Setelah kecewa datang, cara perginya pun berbeda. Ada yang lamban, atau bisa sangat cepat. Semua bergantung pada bagaimana cara kita memaafkan. Memaafkan diri sendiri dan memaafkan perlakuan orang terhadap kita.
Saya pernah bermimpi, bahkan tenggelam di dalam sebuah hubungan. Meletakkan semua rasa percaya yang ada dalam diri saya untuk cinta.
Saya pikir, jika suatu hubungan telah berjalan lama, maka sepatutunya tak ada lagi masa pencarian. Saya terlalu polos dan lupa bahwa dalamnya hati orang tidak terukur. Saya pikir, saya adalah satu-satunya pelabuhan. Kemanapun pasangan saya berlayar, tempat ia pulang adalah saya.
Mungkin saya terlalu naif. Padahal saya sudah melihat di sana-sini, bahwa sebuah hubungan tidak akan selamanya berjalan mulus.
Masa itu pun datang, dan saya harus menerima kenyataan bahwa rasa bosan itu pasti hadir. Apalagi ketika melihat bahwa hubungan yang dijalani sudah begitu nyaman.
Saya kecewa.
Dalam ilusi saya tentang hubungan yang 'aman', ternyata saya sudah terlalu nyaman untuk diam di tempat, terlalu gengsi untuk belajar lagi dalam memahami satu sama lain. Saya lupa kalau kita itu berevolusi: saya dan pasangan sudah pasti berubah, mau tidak mau, siap tidak siap.
Saya tahu tak selamanya hubungan akan berjalan mulus, namun rasa aman dan nyaman memang sulit dilepaskan.
Dari rasa sakit dan kecewa saya belajar. Bahwa perubahan, dalam hubungan, akan terjadi. Tantangan, ujian dan salah paham, juga akan terjadi. Selalu terjadi.
Pertanyaannya: apakah kita siap menghadapinya, dengan niat baik, dengan penuh cinta seperti saat kita jatuh cinta pertama kali?

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer